Sabtu, 20 Februari 2010

Kecepatan Seismik

Dalam pengolahan data seismik, keakuratan model kecepatan gelombang seismik (seismic wave velocity) merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keakuratan hasil image seismik baik dalam kawasan waktu (time domain) maupun kawasan kedalaman (depth domain). Image seismik yang baik mampu menggambarkan kondisi geologi bawah permukaan sebenarnya. Kecepatan adalah perubahan posisi/kedudukan per satuan waktu.

Nilai kecepatan suatu medium banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, jenis litologi, porositas, kandungan fluida, densitas, suhu, tekanan, dan lain-lainya (Sheriff and Geldard, 1995).

Secara umum, kecepatan mempunyai peranan penting dalam konversi waktu ke kedalaman (conversion from time to depth), memodelkan kecepatan (check of results by modeling), proses migrasi (imaging of the data), mengklasifikasi dan penapisan signal terhadap noise (classification and filtering of signal and rasio), prediksi litologi/batuan (predictions of the lithology), dan membantu dalam interpretasi geologi (aid for geological interpretation) (Kruk, J.van der., 2004).

(Saran, koreksi, dan komentar : cendekia.05@gmail.com)

Tiga Tahapan Utama Dalam Pengolahan Data Seismik

Menurut (Yilmaz, Oz. 2001) setiap tahapan dalam pengolahan data seismik dimaksudkan untuk meningkatkan resolusi seismik. Resolusi seismik merupakan kemampuan untuk memisahkan dua buah event yang tampak sangat berhimpitan baik secara horisontal maupun vertikal.

Tahapan utama itu disebutkan dan dijelaskan seperti berikut ini :

  1. Dekonvolusi (deconvolution) : dilakukan sepanjang time axix untuk meningkatkan resolusi temporal (verikal) dengan cara mengkompres wavelet seismik dasar unttuk memperoleh suatu wavelet seismik yang kira-kira spike dan menekan gelombang yang mengalami reverberasi.

  2. Stacking : mengkompres dimensi offset hingga mereduksi volume data seismik untuk memperoleh suatu bidang zero offset dalam penampang seismik dan meningkatkan signal-to-noise ratio.

  3. Migrasi (migration) : pada umumnya dilakukan pada penampang yang telah distack yang diasumsikan sudah ekuivalen dengan suatu penampang zero offset. Proses migrasi untuk meningkatkan resolusi lateral (horisontal) dengan cara menghilangkan efek difraksi dan memindahkan event-event reflektor miring ke posisi yang sebenarnya (bawah permukaan bumi).

(Saran, koreksi, dan komentar : cendekia.05@gmail.com)

Kamis, 18 Februari 2010

Jenis-Jenis Noise

Noise

Noise sering dijumpai pada saat perekaman data seismik. Noise adalah sesuatu diluar yang diinginkan (sinyal). Noise bisa dibedakan dalam noise koheren dan random. Berdasarkan lingkungan terjadinya noise bisa dipisahkan dalam 2 kategori yaitu noise darat dan noise laut.

Noise koheren dalam perekaman di laut yaitu efek buble, multiple, ghost dan difraksi. Sedangkan yang termasuk noise koheren dalam perekaman di darat adalah ground roll. Noise koheren ini dapat dihilangkan dengan melakukan langkah-langkah khusus dalam metode pengambilan dan pemrosesan data. Untuk menghilangkan noise yang berupa efek buble dapat dilakukan dengan cara memasang sangkar pada sumber seismik sehingga setiap gelembung yang dihasilkan akibat ledakan akan segera pecah pada saat keluar dari sangkar. Efek ghost dapat diredam dengan filter deghosting. Sedangkan efek multiple (reverberasi) dapat dihilangkan dengan filter dereverberation. Noise difraksi dapat dihilangkan dengan langkah migrasi. Efek ground roll bisa diatasi menggunakan band pass filter atau bisa juga dengan low cut filter. Apabila noise-noise koheren tersebut masih dominan daripada sinyal seismik maka langkah yang mungkin bisa dilakukan dengan menerapkan filter F-K domain, T-P domain dan filter atau domain lain seperti DNA (Diversity Noise Attenuator) yang diterapkan oleh suatu perusahaan minyak terkemuka di dunia.

Stack no T-P Filter (gambar dari slide Susila ZM).

Stack menggunakan T-P Filter (gambar dari slide Susila ZM).

Yang termasuk dalam noise random dalam perekaman di laut berasal dari aktivitas hewan laut, arus dan gelombang air laut. Sedangkan noise random dalam perekaman di darat bisa berasal dari geophone yang tidak tertanam dengan baik, atau dari aktivitas manusia, hewan dan kendaraan. Noise random kecil pengaruhnya terhadap data karena energi getarannya jauh lebih dibandingkan dengan energi yang berasal dari sumber. Noise random ini bisa dihilangkan dengan cara stacking dimana noise tersebut akan berkurang (hilang) dan editing (scaling) bisa secara manual atau automatic.

Beberapa tujuan menghilangkan noise dalam pengolahan data seismik yaitu : Preserved Amplitudo (Stratigrafi) dan Non Preserved Amplitudo (Struktur). Untuk memperoleh preserved amplitudo sebaiknya dihindari menggunakan AGC (Automatic Gain Control) sedangkan untuk non-preserved amplitudo bisa menggunakan AGC.

(Saran, koreksi, dan komentar : cendekia.05@gmail.com)

Akuisisi Data Seismik 3D

Why the 3D survey?

Jenis pengambilan data seismik dapat dipisahkan dalam dua kategori : akuisisi data seismik 2D dan 3D. Teknologi seismik 2D diperkirakan mulai berkembang pada tahun 1920-an dimana kerjasama antara perusahaan Seismos dan Gulf berhasil menemukan Kubah Orchard di pantai Texas pada tahun 1924. Ladang ini menghasilkan minyak secara komersial, sehingga dicatat sebagai keberhasilan teknologi seismik untuk eksplorasi minyak bumi. Penelitian tentang teknologi seismik berjalan terus dan menghasilkan teknologi seismik refleksi sebagai teknologi komersial. Pada tahun 1970-an perusahaan minyak menjadi pasar terbesar yang memanfaatkan superkomputer sehingga mampu mengolah data seismik secara lebih banyak dan lebih cepat. Hal ini ternyata diikuti dengan perkembangan teknologi seismik yang mengarah pada teknologi seismik 3D sehingga diperkirakan pada tahun 1980-an lahirlah teknologi terbaru dalam dunia akuisisi seismik yaitu akuisisi data seismik 3D. Teknologi seismik 3D ini diyakini sebagai terobosan teknologi di generasi masa kini. Teknologi ini menjadikan evolusi yang tadinya hanya teknologi eksplorasi saja menjadi teknologi ekplorasi dan pengembangan (development) dari ladang migas.

Para geoscientist umumnya menyenangi kumpulan data seismik 3D. Mengapa data seismik 3D lebih disenangi? Alasannya adalah kondisi aktual dari subsurface berupa tiga dimensi (subsurface are three dimension), merupakan cara pencitraan yang lebih baik untuk merekam roman bawah permukaan (better imaging way to record subsurface feature), memperoleh informasi lebih dari segala sudut pandang untuk memciptakan suatu gambaran bawah permukaan (more information from all directions to build subsurface image), solusi untuk masalah rekonstruksi seismik 2D sejak penggunaan asumsi reflektor datar di bawah permukaan bumi (solution to 2D seismic reconstruction problem since an assumption of flat reflector beneath the earth), dan lain sebagainya.

Model dari dua antiklin dan satu sesar dengan data seismik sepanjang Line 6 yang menunjukkan perbandingan migrasi 2D dan migrasi 3D (French, 1974).

Telah banyak tulisan yang menjelaskan tentang teknologi seismik 3D. Pada kesempatan ini author ingin menguraikan tujuan dan istilah-istilah yang sering digunakan dalam akuisisi 3D.

Sebelumnya banyak geoscientist yang berharap untuk mempunyai data seismik 3D. Para geoscientist tersebut bertanya mengapa kita tidak melakukan shoot 3D? Alasan utama untuk menjawab pertanyaan ini pada masa lampau adalah masalah perkembangan teknologi dan keterbatasan peralatan untuk field operations, processing dan interpretation. Tetapi “hari ini” jawaban tersebut tidak berlaku atau tidak tepat digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. Saat ini perkembangan teknologi perekaman, pengolahan dan penginterpretasian sangat berkembang pesat. Alasan yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah berkaitan dengan tujuan dari pengambilan data seismik 3D. Apakah akan digunakan untuk proses ekplorasi (exploration) atau proses eksploitasi (exploitation). Apabila teknologi seismik 3D digunakan untuk proses ekplorasi maka akan berhubungan dengan masalah stuktur (structure), pendefinisian sesar (fault definition), stratigrafi (stratigraphy), pembebasan lahan (land sales), penawaran konsesi penambangan (concession offerings), waktu berakhirnya penambangan (expiring lands), konversi seismik dari kawasan waktu ke kedalaman (time to depth conversion), dan pembiayaan bank yang berhubungan dengan besarnya pinjaman modal, suku bunga bank, dan jatuh tempo pinjaman (Bank financing). sedangkan teknologi seismik 3D yang dipakai untuk proses eksploitasi akan berhadapan dengan masalah karakterisasi reservoir (reservoir characterization), pemantauan tumbuh-kembangnya reservoir (reservoir monitoring), pengeboran horisontal (horizontal drilling) dan inversi (inversion). Aspek-aspek tersebut yang digunakan untuk bahan pertimbangan, penilaian dan pengambilan keputusan dalam melakukan suatu kegiatan pengambilan data seismik 3D. Hal ini mengingat begitu mahalnya biaya survei 3D maka diperlukan suatu pengambilan keputusan yang tepat dan akurat.

Selama proses pengambilan data seismik 3D tentunya tidak terlepas dari istilah-istilah seismik 3D. Oleh karena itu, mengerti dan memahami istilah-istilah yang dipakai dalam dunia seismik 3D merupakan suatu sikap yang arif dan cerdas. Beberapa istilah baru yang dipakai dalam metode survei 3D antara lain :

Source Line, Receiver Line, In-Line Direction, X-Line Direction, Box, Patch, Template, Swath, Midpoint, CMP Bin, Super Bin, Fold, Signal to Noise Ratio, Source Point Density, Xmin, Xmax, Migration Aperture, dan Fold Taper.

(Saran, koreksi, dan komentar : cendekia.05@gmail.com)